Sumatera barat adalah salah satu provinsi Indonesia yang memiliki keindahan alam, bebagai objek wisata alam bisa kita temui disini, termasuk pegunungan yang berjejer di daerah dataran tingginya. Dari sekian banyak pegunungan dan gunung-gunung di daerah ini ada tiga buah gunung yang menjadi ikonik daerah ini yaitu gunung Marapi, gunung Singgalang dan gunung Tandike yang dikenal juga dengan sebutan Triarga, ketiga gunung ini merupakan gunung favorit para pendakian setempat.
Pada tahun 2020 lewat media social saya mengenalkan sebuah ide pendakian lintas nonstop ketiga gunung ini yang dimulai dengan pendakian gunung Marapi dari sisi selatan turun di sisi barat lalu lanjut mendaki gunung Singgalang kemudian menyeberang ke puncak gunung Tandikek lewat jalur sadel dan turun dari Tandikek ke desa Gantiang. Karena terhambat covic 19 akhirnya ide ini baru terlaksana pada bulan juni tahun 2022 bersama dengan tiga orang teman berhasil menuntaskan pendakian lintas nonstop Triarga ini.
Jalur pendakian Lintas Triarga (Marapi, Singgalang, Tandikek) adalah jalur pendakian yang terpanjang yang bisa dilakukan di Sumatera Barat secara nonstop. Pendakian ala Thru Hike bisa diterapkan di jalur pendakian ini, baik dengan manajemen pendakian biasa ataupun Ultralight. Menjajal pendakian lintas (Thru Hike) secara nonstop ini akan memberikan kita pengalaman baik secara manajemen perjalanan (logistik dan peralatan) dan juga pengalaman akan hal-hal menarik yang akan dijumpai sepanjang perjalanan, jadi dalam pendakian lintas tersebut kesemua objek alam ini bisa ditemui dan tidak lengkap jika tidak di datangi.
Karakteristik yang berbeda di ketiga gunung ini menambah keanekargaman objek alam menarik yang akan di jumpai disepanjang jalur lintas Triarga ini. Objek-objek itu yaitu:
- Taman edelweiss di gunung Marapi
- Puncak Garuda dan puncak Merpati di gunung Marapi
- Kawasan puncak Marapi yang seperti planet Mars
- Telaga Dewi Gunung Singgalang
- Puncak Gunung Singgalang
- Telaga Kumbang gunung Singgalang
- Hutan lumut jalur sadel ke Tandikek
- Lembah Bunian
- Telaga Tandikek
- Kawasan puncak Tandikek dengan kawahnya.
- Dan masih banyak lagi
Selain itu titik awal pendakian sisi selatan Marapi berada dekat dengan desa tua yang indah dan kental nuansa Minangnya, bahkan oleh Unesco di sematkan gelar sebagai salah satu desa tua terindah di dunia, nama desa ini Desa Tuo Pariangan. Karena itulah tidak berlebihan jika saya katakan jalur lintas Triarga akan menjadi primadona pilihan pendakian di Sumatera Barat. Niat saya mengenalkan jalur lintas Triarga ini sama dengan niat saya waktu pertama kali mengenalkan konsep tujuh puncak tertinggi di tujuh pulau/kepulauan besar Indonesia (The seven summits of Indonesia) yaitu ingin lebih mempopulerkan gunung-gunung yang bersangkutan dan juga memberikan sebuah tolak ukur prestasi untuk kegiatan pendakian gunung di Indonesia, disamping itu juga makin menggiatkan eco-tourism di kaki gunung-gunung tersebut. Untuk lintas Triarga ini akan memberikan sebuah acuan prestasi endurance saat berhasil menyelesaikan lintas jalur ini, mau dengan kecepatan yang cepat ataupun kecepatan standard yaitu 6 hari 5 malam.
Keinginan saya untuk mempopuler jalur lintas ini juga di iringi harapan pada pihak-pihak pengelola jalur pendakian (basecamp) untuk membuat aturan pendakian pada jalur ini agar kelestarian ke tiga gunung ini tetap terpelihara. Khusus untuk Singgalang dan Tandike perlu adanya dibuat aturan khusus untuk jalur lintas sadel/salo Singgalang-Tandikek antara pengelola jalur Padang Laweh, Pandai Sikek dan Jalur pendakian Tandikek. Ketiga basecamp tersebut segera duduk bersama untuk memutuskan hal-hal seperti:
- Retribusi pendakian untuk lintas sadel Singgalang – Tandike tentunya jumlahnya akan berbeda dengan pendakian biasa yang tidak melintas. Jadi pembagian prosentase yang jelas antara jalur pendakian dari Singgalang dan jalur turun di Tandike. Jika pendaki naik dari Padang Laweh maka retribusi ditarik oleh basecamp Padang Laweh dan membaginya ke Basecamp Tandike sesuai prosentase kesepakatan, begitu juga jika pendaki naik dari jalur Pandai Sikek, pengelola jalur Pandai Sikek melakukan hal yang sama. Sehingga ribut-ribut seperti yang terjadi di jalur Marapi, antara jalur Batu palano dan jalur Koto baru tidak terjadi di Singgalang.
- Secara rutin memelihara jalur lintas sadel/salo Singgalang-tandike.
- Membuat komunikasi radio 24 jam untuk memantau trafik di jalur sadel/salo tersebut.
Dan hal-hal detail lainnya tentu bisa di bicarakan oleh ketiga basecamp pendakian sebagai pengelola jalur pendakian di Singgalang dan Tandike. Harapan saya sebagai pencetus jalur lintas Triarga ini adalah, ketiga gunung ini semakin populer dan juga memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar. Serta menjadi salah satu acuan prestasi pendakian gunung di Sumatera barat.