Indonesia adalah negara yang banyak memiliki gunung-gunung, hal ini bisa jadi diakibatkan posisi Indonesia yang berada di jalur ring of fire dunia. Ada banyak gunung-gunung indah dan menantang untuk di jelajahi. Thru hike adalah sebuah gaya hiking/mendaki yang popular di Amerika, yaitu sebuah perjalanan hiking yang menempuh rute pendakian yang panjang dan menhabiskan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Dari kegiatan Thru Hike inilah lahir Ultralight Backpacking, sebuah mashab hiking yang menitik beratkan pemilihan peralatan yang ringan, kompak dan multifungsi agar perjalanan panjang dalam melakukan Thru Hike bisa lebih efisien dan tidak terbebani oleh peralatan yang berat.
Namun dikarenakan tipe pegunungan di Indonesia yang didominasi oleh gunung berapi yang soliter, menjadikan jalur-jalur pendakiannya hanya pendek-pendek umumnya hanya butuh 2 hingga 3 hari atau maksimum 4 hari waktu pendakian pergi dan pulang. Memang ada beberapa pegunungan yang butuh durasi waktu lebih lama seperti Leuser, rute klasiknya butuh 14 hingga 15 hari perjalanan PP, Pegununngan Gandang Dewata butuh 7 hingga 8 hari perjalanan PP, semuanya itu jika ditempuh dengan membawa peralatan gunung yang konvensional bukan Ultralight. Tahun 2022 lalu saya bersama dua orang teman sempat melakukan perjalanan thru hike di tiga gunung di Sumatera Barat yaitu Marapi, Singgalang dan Tandike. Ketiga gunung ini karena terletak berdekatan jadi bisa dilakukan pendakian ala thru hike, namun hanya butuh 5 hari perjalanan, itupun boleh dibilang ritme pendakiannya santai, jadi tidak terlalu menantang untuk thru hike yang sebenarnya.Sebuah impian Salah satu pegunungan yang menjadi favorit saya adalah pegunungan Latimojong. Latimojong ini bukanlah gunung berapi akan tetapi sebuah bentangan pegunungan yang memiliki banyak puncak-puncak, sangat cocok sekali jika rute thru hike di buat di gunung ini. Tadinya saya berpikir pegunungan Bukit Barisan di Sumatera akan menjadi sebuah jalur thru hike yang panjang, namun karena populasi binatang buasnya seperti harimau dan lain-lain masih banyak membuatnya lebih riskan. Namun tidak demikian dengan pegunungan Latimojong, selain itu pegunungan Latimojong ini juga di apit oleh daerah-daerah populasi penduduk sehingga beberapa rute exit bisa dibuat.
Rute Thru Hike Latimojong rancangan saya ini membentang dari utara ke selatan melewati banyak puncak-puncak. Rute utamanya di mulai dari titik di Desa Rante Uluway, puncak-puncak yang dilewati adalah:
- Buntu Sinaji 2427 mdpl
- Buntu Lapande 2457 mdpl
- Buntu Sikolong 2754 mdpl
- Buntu Rantekambola 3083 mdpl
- Buntu Rante Mario 3478 mdpl
- Buntu Nenemori 3397 mdpl
- Buntu Bajaja barat 3.052 mdpl
- Buntu Latimojong 3305 mdpl
- Botto Talu 3086 mdpl
Setelah melewati semua puncak-puncak tersebut, rute utama thru hike Latimojong ini berakhir di desa Bungin.
Selain rute utama saya juga merancang rute exit, rute exit ini ditujukan jika para thru hiker tidak ingin meneruskan perjalanan hingga ke titk final, maka bisa keluar di jalur exit ini. Selain itu rute normal pendakian Latimojong dari desa Baraka, ada dua rute exit yang saya disain pada rute thru hike Latimojong ini, tapi di kemudian hari mungkin bisa ditambahkan lagi beberapa rute exit lainnya. Berikut kedua rute exit tersebut:
- Rute exit Pendoketan, rute exit ini dimulai dari puncak Buntu Rante Mario dan turun kearah barat, pada rute exit ini akan melewati puncak-puncak yaitu: Buttu Pokahpinjang 2970 mdpl, Buttu Pentealoan 2699 mdpl, Buttu Cirowali 2012 mdpl.
- Rute exit Timbusan, rute exit ini dimulai dari dekat puncak Buntu Latimojong dan turun kearah timur menuju Timbusan, tidak ada puncak-puncak yang dilewati di rute exit ini.
Proses perancangan rute.
Dalam merancang rute thru hike ini sepenuhnya saya mengandalkan peta topografi keluaran Bakosurtanal atau yang sekarang dikenal dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk detail kontur dan tanda-tanda medannya. Untuk memprosesnya menjadi data digital GPS saya menggunakan software dari Garmin, untuk kondisi detail perkampungan saya mengandalkan Google Earth dan Google Map. Jadi kemungkinan ada ketidak tepatan nama kampung dan posisi kampung, silakan dikoreksi, dan jika sekiranya sudah ada jalur di dekat disain rute thru hike ini mohon di informasikan, agar bisa saya bisa mengkoreksi rancangan jalur ini atau juga bisa ditambahkan sehingga menjadi lebih banyak jalurnya. Data GPX rancangan jalur thru hike ini sudah ada dan bagi yang berminat silahkan di kontak saya tapi perlu diingat ini adalah rancangan rute jadi di gunungnya sendiri belum ada rute ini.
Cara melaksanakan rancangan rute ini
Mengingat luasnya pegunungan Latimojong ini, maka untuk menuntaskan pembuatan jalur thru hike ini dilakukan secara bertahap, bisa juga berbagai kelompok pendaki memulainya dari berbagai titik dan akhirnya bisa disambungkan. Teman-teman pendaki di Sulawesi Selatan yang secara geografis lebih dekat ke Latimojong mungkin bisa menjadi pelaku utama untuk merintis jalur thru hike Latimojong ini dan tentunya rute ini akan menjadi yang pertama ada di Indonesia. Rute thru hike ini akan memberikan tantangan baru bagi para pendaki gunung Indonesia, dalam memanajemeni perjalanan petualangan mereka. File GPX yang sudah saya buat ini bisa di import kedalam GPS device, tapi ingat gunakan GPS device jangan gunakan HP, meskipun pada HP ada fungsi GPSnya. Karena pada HP GPS itu hanyalah fitur tambahan jadi akurasi receivernya tidak seakurat GPS Device, pelencengan akurasi pada GPS HP bisa mencapai hingga 20 meter ini sangat berbahaya jika digunakan dalam perintisan jalur dalam hutan conopy akan lebih parah lagi melencengnya.
Pada pelaksanaannya bisa saja waypoint rute yang saya buat ini tidak tepat saat di lapangan, lakukan penyesuaian jika diperlukan. Ikuti waypoint rute di gpx file sebagai patokan bergerak dan lakukan penyesuaian yang diperlukan jika ternyata kondisi dilapangan menuntut adanya penyesuaian. Rute ini saya buat dengan 95% mengikuti kontur punggungan hanya 5% yang melipir punggungan untuk pindah punggungan. Pasanglah stringline penanda serapat mungkin agar saat diperlukan untuk kembali bisa dengan cepat mengenali jalur rintisannya. Gunakan dua GPS receiver agar ada pembanding.
Semoga teman-teman pendaki di Sulawesi Selatang tertarik untuk merintis rute thru hike Latimojong ini, saya yakin rute ini akan menjadi rute favorite bagi pendaki Indonesia untuk men challenge dirinya terutama dalam hal manajemen perjalanan serta ketahanan fisik. Mau menerapkan konsep ultralight atau non ultralight terserah pilihan masing-masing, yang jelas jika rute ini ada akan semakin meningkatkan popularitas Latimojong dan tentunya akan menjadi sumber income bagi penduduk setempat yang didapat dari para pendaki yang melewati rute ini.