Di Mountaineering mengenal dua style pendakian: Alpine style dan Himalayan style. Alpine style lebih fokus pada pendekatan yang lebih ringan dan cepat, dengan mengurangi beban perlengkapan dan waktu di gunung. Di sisi lain, Himalayan style lebih berorientasi pada pendekatan lebih lambat dan lebih banyak perlengkapan, dengan menetapkan camp – camp di perjalanan menuju ke puncak.
Alpine Style
Pendekatan Pendakian: Alpine style menekankan kecepatan, efisiensi, dan kemandirian pendaki, bertujuan untuk mendaki dengan cepat dengan perlengkapan dan dukungan minimal, sering dalam single push mencapai puncak.
Perlengkapan Pendaki: alpine style memilih perlengkapan ringan untuk mengurangi berat. Mereka fokus pada keluwesan dan kemampuan beradaptasi di gunung.
Camp: Alpine style melibatkan sedikit atau malah tanpa camp. Pendaki mungkin menggunakan bivouac atau menggali tempat perlindungan salju (snow cave) untuk istirahat singkat.
Logistik: Tim pendakian kecil atau bahkan solo. Pendaki membuat keputusan logistik berdasarkan keterampilan dan penilaian pribadi.
Risiko: Karena kecepatan dan perlengkapan yang ringan, pendaki alpine style mungkin mengambil risiko lebih tinggi, serta perlu mengatasi bagian teknis secara mandiri.
Tujuan: alpine style cocok untuk rute pendek yang menantang dan pendakian teknis.
Himalayan Style
Pendekatan Pendakian: Himalayan style melibatkan pendirian beberapa camp, penggunaan fixed rope, dan ketergantungan pada tim pendukung. Pendaki beraklimatisasi dan menunggu jendela cuaca yang baik.
Perlengkapan: Lebih banyak perlengkapan dibawa karena waktu tinggal lebih lama. Tenda, fixed rope, dan persediaan untuk camp yang lebih tinggi menjadi penting.
Camp: Pendaki mendirikan kamp di ketinggian yang semakin tinggi untuk beraklimatisasi dan perlindungan selama pendakian.
Logistik: Tim lebih besar, termasuk pemandu, porter, dan Sherpa yang bertugas di base camp. Anggota tim pendukung membantu membawa perlengkapan dan mendirikan camp.
Risiko: Waktu tinggal yang lebih lama dan dukungan meningkatkan keselamatan, meskipun risiko tetap ada karena ketinggian tinggi dan kondisi yang berubah-ubah.
Tujuan: Himalayan style cocok untuk puncak yang lebih tinggi dan rute yang lebih kompleks, memungkinkan aklimatisasi yang lebih baik.
Reinhold Messner dan 14 Puncak Tertinggi
Reinhold Messner mencapai prestasi luar biasa dengan mendaki 14 puncak tertinggi di atas 8.000 meter menggunakan kombinasi kedua gaya ini. Messner dikenal karena semangat perintisannya dan kemampuannya untuk menyesuaikan pendekatannya dengan situasi yang berbeda. Sementara ia mengadopsi semangat gaya alpine dalam hal kecepatan dan kemandirian, ia juga memasukkan elemen-elemen gaya Himalayan ketika diperlukan, seperti mendirikan camp dan bekerja dengan tim pendukung.
Kemampuan Messner untuk menyesuaikan gayanya dengan tantangan khusus setiap pendakian memperlihatkan fleksibilitasnya sebagai pendaki. Ia tidak terikat pada ketaatan yang kaku pada satu style, melainkan menggabungkan teknik berdasarkan konteks dan tuntutan setiap ekspedisi.
Pendaki Kontemporer dengan Gaya Serupa
Ueli Steck, seorang pendaki terkenal asal Swiss yang sayangnya meninggal pada tahun 2017, sering dibandingkan dengan Reinhold Messner dalam hal gaya pendakiannya. Steck dikenal dengan pendekatan cepat dan ringan, yang mengingatkan pada gaya alpine. Ia sangat mahir dalam pendakian teknis, termasuk pendakian solo di rute yang sulit, menampilkan tingkat kemandirian dan kecepatan yang tinggi. Kemampuan Steck untuk bergerak dengan cepat melalui medan sulit tanpa dukungan yang ekstensif mirip dengan pendekatan dan warisan Messner.
Perbandingan Antara Teknis Pendakian Nimsdai Purja dan Reinhold Messner.
Nimsdai Purja, juga dikenal sebagai Nims, dikenal karena pencapaiannya dalam mendaki 14 puncak tertinggi dunia dalam waktu singkat, yang dikenal sebagai Proyek 14-7. Pendekatan Nimsdai Purja lebih mengadopsi gaya Himalayan, dengan menggunakan tim yang besar dan mendirikan kamp-kamp di sepanjang perjalanan. Meskipun pencapaiannya luar biasa, pendekatannya lebih berbeda dengan gaya Alpine yang lebih ringan dan cepat yang dianut oleh Reinhold Messner.
Bisa disimpulan, teknis pendakian Nimsdai Purja memiliki perbedaan yang jelas dengan teknis Reinhold Messner dalam mendaki 14 puncak dunia. Nimsdai Purja menggunakan gaya Himalayan yang lebih memerlukan perlengkapan dan waktu yang lebih banyak, sementara Reinhold Messner dikenal dengan pendekatan Alpine yang lebih ringan dan cepat. Gaya Reinhold Messner dalam mendaki 14 puncak tertinggi adalah perpaduan dari gaya alpine dan gaya Himalayan, menyesuaikan diri dengan tuntutan setiap pendakian. Ueli Steck adalah pendaki kontemporer yang gayanya memiliki kesamaan dengan penekanan Messner pada kecepatan, kemandirian, dan kecakapan teknis.
Dari Mountainnering freedom of hill dan berbagai sumber
*)Foto: sumber Google.