Mata ini masih berat takala surya pagi mebasuh muka saya yang menghadap kejendela kereta, perlahan saya memaksakan untuk membuka mata. Langit cerah sekali pagi ini, sementara disisi saya teman seperjalanan yang baru dikenal semalam masih terlelap dibuai ayunan laju kereta. Dan saya lihat juga Ical, Kris dan Heru masih terlelap, Tony terpisah gerbong dengan kami.
Pendakian kali ini memang bertepatan dengan hari libur, dan ditambah skejul kerjaan saya yang cukup padat membuat segala persiapan saya jadi serba mungkin, alhasil tiket pesawat langsung ke Mataram pun susah didapat. Jadilah kami “ngeteng” sambung-menyambung dengan memakai kereta Jakarta ke Surabaya kemudian dilanjutkan dengan pesawat ke Mataram dan itupun saya harus terpisah dengan yang lainnya karena berbeda maskapai penerbangan. Saat turun di Pasar Turi mata kami jelalatan mecari sosok Dias, “HC Surabaya” yang akan menjemput kami, karena kami akan menghabiskan hari ini di rumah Leo Moderator milis HC Surabaya. Cari punya cari ternyata ketemu dengan regunya Ipung (HC JABOTABEK) yang akan melanjutkan perjalanan ke Mataram memakai Bus. Setelah menelpon Dias ternyata si dara manis imut ini tengah menunggu di dekat Wartel, dan tak lama kemudian muncul juga si empunya HC Surabaya yaitu Leo. Langsung tanpa buang waktu tancap ke rumah Leo. Sempat ketemu dengan HC Surabaya lainnya yaitu Andreas, Suzan tapi sayang A’an datang sewaktu kami sedang jalan keluar dengan Dias. Setelah cukup lama bikin repot HC Surabaya akhirnya rombongan kami dengan minus saya terbang ke Lombok, saya baru menyusul pada penerbangan berikutnya.
Mataram telah diselimuti gelap saat saya mendarat di bandara Mataram, dan ternyata ketemu dengan rombongan HC lain yatiu Arief Bule, masih ada satu lagi yang bawa ransel tapi kami berdua tidak kenal dan belakangan ketemu di penginapan, namanya Poery dari HC Jogjakarta. Setelah sampai di penginapan, rasa kantuk tak tertahan, berbenah packing sedikit dan langsung tidur di extra bed dikamar Tony karena memang penginapan pada penuh.
Pagi hari kami mulai sibuk melengkapi logistic yang kurang dan setelah itu langsung cabut ke markas HC Lombok. Disana sudah hadir regu Hanif, regu Lombok, dan lainnya. Kami mulai berangkat dengan mencarter 2 bus ELF tepat jam 14.30 WIT. Perjalanan menuju Senaru ini cukup mengasyikan karena selama beberapa waktu jalannya menelusuri pinggiran pantai. Senaru kami capai tepat takkala matahari mulai tenggelam dan kami pun disibukan berkoordinasi dengan para porter yang akan disewa. Tak di nyana ternyata jumlah kami lebih dari 30 orang yang terdiri dari HC, Jabotabek, Bandung, Jogjakarta, dan Mataram ini cukup memakan waktu bernegosiasi dengan para porter yang juga sedikit alot. Akhirnya sekitar jam 19.00 waktu setempat kami mulai naik mobil menuju Sembalun Sajang tempat dimana kami mulai mendaki. Dengan diterangi headlamp dan senter kami mulai mengarungi medan gunung Rinjani, perlahan kelompok mulai terbagi menjadi tiga, kelompok depan tengah dan belakang. Setelah melewati hutan Sajang, kami tiba di medan terbuka savanna Rinjani. Saya berada di rombongan tengah, bersama dengan Tony. Malam ini cerah sekali bintang bertaburan dilangit dan punggungan rinjani jelas membayang hitam serta dihiasi oleh senter rombongan kami yang bergerak-gerak seperti kunang-kunang. Pos satu telah dilewati sementara bulan yang tinggal separuh mulai menampakan sinarnya menerangi jalan setapak ditengah padang savanna ini. Tujuan kami malam ini adalah pos 2 dan menginap disana. Pos 2 kami capai dan dalam keremangan sinar dari sepenggal bulan tampak para porter kami sibuk mendirikan tenda diatas jembatan dan beberapa tenda lainnya di dekat shelter serta di jalan setapak. Ketika saya sampai ditempat dimana porter regu saya mendirikan tenda tampak tenda Tony dan Tina sudah berdiri, sedang tenda saya tampak tergeletak, porternya minta agar kami hanya memakai dua tenda saja, dengan alasan bingung mendirikan tenda saya apalagi malam-malam begini. Akhirnya tenda Tony kami pakai bertiga dengan saya dan Heru. Tina dan Lily tidur ditenda satunya. Setelah minum the hangat yang diseduh oleh porter, saya ingin segera masuk tenda untuk tidur karena mata yang berat serta lelah berjalan malam. Kehangatan sleeping bag telah membuat saya dengan cepat segera tertidur pulas walaupun hiruk pikuk obrolan para porter disekeliling tenda jelas terdengar.
Saya terbangun karena mendengar suara misting beradu didekat tenda, saat pintu tenda saya sibakan tampaklah pemandangan rumput ilalang savana dari punggungan Gn. Rinjani yang menguning diterpa sinar matahari pagi. Saya melirik jam menunjukan 06.05 waktu setempat. Pelahan saya keluar tenda dan beberapa teman telah bangun dan sibuk mengabadikan pemandangan sekitarnya, sementara para porter tengah sibuk memasak sarapan kami. Segera saya ambil Camera dan Handycam, saya mulai merekam kejadian pagi di pos 2 ii dari tenda ketenda, dan tak lupa mengabadikan pemandangan indah ini lewat lensa camera. Serasa kerasukan saya memencet shutter camera berulang kali, untung saya membawa persediaan memory card yang cukup untuk mengabadikan indahnya Rinjani ini. Selesai sarapan dan packing kami mulai melanjutkan perjalanan. Sementara regu Jogjakarta dan Mataram masih asyik menikmati pagi. Kami berjalan beriring mengarungi savana Rinjani menuju pos 3.
Pos 3 atau yang dikenal dengan Pada Balong berada didekat sebuah aliran sungai mati, beberapa teman dan porter tampak tengah beristirahat saat saya sampai disana. Mereka bercanda dengan dua ekor monyet yang memang banyak populasinya di Gunung Rinjani ini. Beberapa kali kami mengarahakan lensa kamera untuk mengabadikan alam sekitar dan tingkah pola lucu dari sang monyet. Perjalan menuju Plawangan masih jauh, kami harus melewati tanjakan tujuh bukit lagi, perlahan dan pasti kami mulai melewati setiap tanjakan tersebut, dan akhirnya tak terasa kami telah berada ditanjakan terakhir yang banyak dipenuhi oleh pohon cemara. Saya berhenti sejenak menikmati sejuknya dibawah naungan cemara semenatara kabut putih mulai perlahan merayap mendekati bukit tempat saya berhenti. Saya memejamkan mata menikamti simpony alam yang dihasilkan oleh gesekan daun cemara yang ditimpa angin. Banyak sudah kenangan yang saya dapat di Rinjani, dan seperti kilas balik sebuah cerita, kenangan indah tersebut kembali membayang saat ini, saat dimana saya menganggumi keindahan Rinjani. Perlahan kembali saya meneruskan perjalanan, menyusul teman yang lainnya, dan tak lama saya sampai di gigiran punggungan yang menuju Plawangan. Seperti biasa selewat jam satu siang kabut selalu menutupi lembah yang berhubungan dengan Danau Segara Anak, membuat saya tidak bisa menikmati keelokan danau tersebut. Saya mengedarkan pandangan ke arah tanjakan yang tadi saya lewati, tampak teamn-teman lainnya masih berkutat ditanjakan tersebut, saya mencoba menyemangati mereka. Perlahan satu persatu mereka sampai ditempat saya dan setelah berhenti sejenak kami terus lanjut ke Plawangan.
Tenda sudah berdiri saat kami sampai di plawangan, belum semua tapi kapling buat rombongan highcamp telah tersedia. Saya langsung menata isi tenda dan berganti pakaian, setelah minum the manis hangat dan sedikit makanan kecil saya langsung menuju pancuran mata air untuk mandi. Mumpung udara masih panas saya harus mandi membuang debu yang melekat sepanjang pendakian tadi. Mandi di pancuran Plawangan merupakan sensasi tersendiri, saat airnya menyentuh tubuh terasa seperti disiram air es, tapi setelah tubuh terbiasa terasa kesegarannya menyelimuti tubuh…, kalau tidak ingat Tina dan Lily yang lagi ngantri mungkin saya akan sedikit lama menikmati kesegaran air pancuran ini. Kemabli ke lokasi basecamp Plawangan, satu persatu rombongan mulai datang. Dan sibuk dengan regunya masing-masing, saya mulai menikmati santap siang yang terlambat dihidangkan karena porter kami rata-rata jauh meninggalkan kami. Seharusnya makan siang di jalur pendakian jam 12.00 siang tadi jadi berubah menjadi jam 17.00. Ya sudahlah yang penting didepan saya sekarang sudah terhidang, nasi beserta lauknya serta sayur sop yang rasanya mirip dengan hot ans sour, sedikit pedas tapi segaarr. Selasai makan saya mengamati rombongan kami, terlihat rombaongan Jokjakarta sudah ada yang sampai, tapi mba Lia dan Mas Mus belum kelihatan. Sementara matahari mulai perlahan turun menyelinap dibalik jajaran punggungan tebing yang memagari danau Segara Anak meninggalkan bias rona senja yang indah. Kembali teman-teman sibuk mengarahkan kameranya mengabadikan pemandangan yang hanya bisa dinikmati secara langsung oleh para pendaki gunung. Tak lama Mba Lia dengan Mas Mus, beserta rombongan Ramli sebagai tim penyapu. Komplit sudah kita semua dan semua sibuk dengan keasyikan dan kesibukan sendiri. Saya dan Bang Jody juga sibuk mengabadikan suasana basecamp highcamp di Plawangan. Saat malam semakin larut dan sebelum tidur kami memutuskan untuk memulai pendakian kepuncak pada jam 02.00 dini hari, mengingat kemampuan dan kekuatan mendaki rombongan kami yang beragam. Setelah menghabiskan tegukan terakhir wedang jahe di gelas, saya kembali menelusup masuk kedalam sleeping bag, mematikan lentera lilin yang tergantung di atap tenda, memejamkan mata, beristirahat menghimpun tenaga untuk pendakian dini hari besok. Sementara diluar gelak tawa para porter memecahkan kesunyian malam di perlampungan para petualangan highcamp di Plawangan……
Seolah ada yang membangunkan saya, mata ini terbuka sendiri dan jarum jam tangan dipergelangan tangan saya menunjukan jam 00.45 dini hari, lentera lilin yang tergantung di atap tenda masih menyala terang, saya membuka pintu belakang tenda dan melongok keluar. Porter regu kami langsung menegor dengan menanyakan mau minum apa, Seperti biasa the manis hangat adalah minuman favorit saya. Masih dalam tenda dan badan yang masih separoh didalam sleeping bag, perlahan saya menghirup the manis hangat untuk mengusir hawa dingin di basecamp plawangan ini.
Tak lama kemudian, kami suasana basecamp sudah ramai dengan celoteh para highcamper’s yang bersiap-siap untuk summit attack. Selesai sarapan soup yang disiapkan oleh porter, saya keliling ke tenda-tenda regu highcamper’s lainnya dan ternyata mereka juga sudah pada sarapan dan tengah bersiap untuk kepuncak. Tepat sekitar jam 02.00 dini hari, iring-iringan pendaki dari milis highcamp mulai membelah dinginnya udara dini hari di lereng menuju puncak Rinjani, saya berjalan didepan dan sesekali melihat kebelakang tampak cahaya senter teman-teman lainnya bagaikan kunang-kunang. Kami beruntung karena angin berhembus tidak begitu kencang, sedikit banyaknya membantu kami dalam perjalanan summit attack ini. Sampai di atas gigiran punggungan yang menuju puncak saya berhenti menunggu teman-teman lainnya, dan satu persatu mereka sampai disana, waktu masih menujukan jam 03.05 dini hari. Dan teman-teman satu persatu mulai melanjutkan pendakian menyusuri gigiran puncak menuju puncak. Saya masih berhenti karena memang tidak mau terlalu kepagian untuk mencapai puncak, tak lama setelah semua teman-teman lewat, saya mulai mendaki perlahan agar sampai pas pada saat matahari terbit, dan juga agar tenaga saya ttidak terkuras habis karena saya akan sangat memerlukannya nanti saat melewati lintasan tanjakan terkahir dibawah puncak yang berupa medan berpasir halus dan terjal.
Tak lama kemudian satu persatu teman-teman mulai saya lewati, pendakian dengan irama langkah perlahan tetap saya pertahankan dan saat saya melewati tanjakan terakhir biasan awal sang mentari pagi mulai menghiasi langit. Tepat saat saya sampai di kawasan puncak matahari mulai muncul, “indah sekali” momen indah ini tidak luput dari shutter camera saya, dan di puncak sudah ada dua teman highcamper’s yaitu Ical dan Budi, tak lama kemudian muncul teman-teman highcamp lombok dan menyusul highcamper’s lainnya, sehingga suasana puncak cukup ramai oleh kami. Pemandangan dipuncak sangat indah, di ufuk timur tampak berdiri gunung Tambora dengan bentuk khasnya serta dihiasai oleh kemilau cahaya mentari pagi yang dipantulkan oleh laut Flores. Dan di arah barat Gunung Agung tegak menjulang, selain itu juga pemandangan di komplek Gunung Rinjani ini tak kalah indahnya, dengan danau segara anak yang tenang yang dipagari oleh tebing-tebing, punggungan savana di arah Sembalun, sungguh suatu pemandangan yang indah sekali.
Puas berada dipuncak dan setelah photo bersama kami perlahan satu-persatu mulai turun. Turun sangat mengasyikan juga karena medan berpasir Rinjani sangat membantu, kami terus merosot turun di pasir tersebut, tak lama kemudian puncak sudha jauh tertinggal. Saat turun kami juga bertemu dengan beberapa highcamper’s yang masih berjuang melewati mendan berpasir tersebut menuju puncak. Sampai di Basecamp Plawangan Sembalun, hidangan makan sudah menyambut, lapar dari puncak segera terobati, saat menikmati hidangan yang telah disediakan porter. Dan setelah itu kami mulai sibuk untuk packing, karena hari ini perjalanan akan dilanjutkan ke Danau Segara Anak untuk beristirahat selama dua malam, sembari menikmati objek-objek wisata alam disana. Pada saat perjalanan turun ke danau kami kembali terpecah menjadi beberapa regu. Dan semua berjalan dengan kecepatan mereka masing-masing. Sampai di danau saya dan mencari-cari lokasi tenda dan ternyata cukup jauh dan berada di pintu angin, saya minta para porter untuk memindahkannya ditempat yang jauh dari angin dan persis dipinggir danau. Suasana camp danau Segara Anak sangat ramai, baik oleh pendaki lokal, luar mataram bahkan oleh pendaki asing. Syukur kami masih mendapat tempat walaupun sedikit berjauhan tapi masih dalam ruang lingkup yang dekat. Hari pertama di danau ini tampak teman-teman cukup kelelahan karena tenaga yang terkuras saat perjalan kepuncak dan turun hingga danau. Berendam di air panas alam merupakan pilihan yang tepat. Dan sekitar jam 19.00 saya, Tony, Bang Jody dan Heru pun meluncur ke Air panas untuk berendam, dan ternyata disana sudah ada Bang Kamser, Mas Mustafa, dan yang lainnya tegah berendam.
Malam ini tidak ada yang istimewa, sempat sebelum tidur saya dan Bang Jody dolan dulu ke tenda Mba Lia, dan ngobrol dengan Mas Mustafa serta Bang Kamser, cukup lama kami berempat ngobrol dan akhirnya rasa kantuklah yang menghentikan kami, malam ini sangat tenang di Segara Anak, mungkin karena rasa letih telah melayarkan teman-teman highcamper’s dalam buaian mimpi lelap mereka masing-masing.
Pagi hari ke empat di Rinjani, jam 07.30 pagi saya keluar tenda, tumben porter masih tidur. Biarlah hari ini merupakan hari bebas, biarlah mereka menikmati tidur enak. Dan perlahan saya berjalan ketepi danau dan duduk, sejenak menikamti suasana pagi dengan udara yang bersih jauh dari polusi. Kemudian saya beranjak ke dapur untuk memasak air untuk sarapan, seorang porter regu saya mulai bangun dan membantu saya menyiapkan sarapan. Hari keempat ini sangat menyenangakan, karena kami akan seharian bermalas-malasan di danau basecamp danau ini. Semakin siang teman-teman highcamp’s mulai tenggelam dalam kesibukan menikmati suasana di Segara Anak, ada yang memancing, berenang, sibuk mengabadikan pemandangan dari setiap sudut. Sementara saya, Bang Kamser, Poery berenang di danau. Tak lama kemudian yang lain juga mengikuti. Hari ini ada kegiatan khusus yaitu sesi pemotretan koleksi gaun kebaya Mba Lia di pinggir danau, setelah mencari lokasi yang tepat kami mulai melakukan pemotretan dengan latar belakang Danau dan Gunung Baru Jari. Dua model anak highcamp lombok yaitu Melly dan Devi mulai beraksi, kemudian Mba Endah juga ikut bergabung, para photographer highcamp mulai sibuk beraksi mengabadikan tiga bidadari di pinggir danau Segara Anak.
Malamnya kami berkumpul bersama karena merupakan hari teakhir di Rinjani, acara perkenalanpun bergulir dan dalam suasana keakrapan yang hangat. Malam mulai larut dan kami pun mulai masuk kedalam kehangatan kepompong sleeping bag kami, menghimpun tenaga untuk perjalanan turun besok. Dan paginya setelah sarapan dan photo bersama kamipun mulai turun menuju Senaru, tidak ada yang istimewa selama perjalanan turun, kecuali pemandangan yang indah. Dan satu hal yang sangat disayakan yaitu kebakaran hutan masih melanda Rinjani, saat kami turun padang rumput sebelum pos III jalur Senaru tampak membara oleh api, entah siapa yang menyulutnya, alam ataukah manusia. Sampai di Senaru hari sudah sore dan beberapa peserta ada yang sampai jam 06.30 dan semua selamat samapi di Senaru. Rombongan highcamp Jogjakarta langsung turun ke Mataram, sedangkan yang lainnya masih menginap di semalam di Senaru. Dan baru keesokan harinya kami berpisah di Mataram. Perjalan pendakian bersama milis highcamp ke Rinjani ini adalah merupakan pendakian bersama yang melibatkan anggota milis dari berbagai daerah, sungguh suatu pejalanan yang mengesankan. Dalam perjalanan pulang di pesawat saya sendiri melihat photo-photo dan rekaman video kami di Rinjani sembari terseyum dan mengangankan perjalanan bersama lagi……memang Rinjani selalu akan membuat kangen para pendaki, kangen dengan desau cemaranya, kangen dengan danaunya, dan saya kangen dengan…… mhmmm…..